Bagaimana kita memahami arti kecerdasan?
Kecerdasan ialah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,
berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Cerdas dapat diartikan sebagai sikap
manusia yang mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan
sekaligus upaya mereka untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Terdapat beberapa cara untuk
mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa
termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau
kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi
dalam kerangka definisi kecerdasan
Dr. Howard Gardner mendefinisikan
kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan
suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih.
Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteknya. Dalam
bukunya Frames of Mind, Gardner menawarkan delapan jenis kecerdasan
manusia, namun menurut kami, sebenarnya ada 10 jenis kecerdasan manusia,
yaitu :
1. Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk melihat dan mengamati
dunia visual dan spasial secara akurat (cermat)serta menvisualisasikan
gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk 2 atau
3 dimensi.
Sultan Hamid II
menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu
dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di
mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu
Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi
lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No
66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden
Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden
Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton
Kadriyah Pontianak
baca selengkapnya di sini
2. Kecerdasan kinestetik
Kemampuan dalam menggunakan tubuh kita
secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan
Contoh
pemilik kecerdasan ini adalah Susi Susanti. Pemilik nama asli Lucia
Francisca Susi Susanti (Hanzi: 王蓮香, Pinyin: Wang Lian-xiang, lahir di
Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971; umur 40 tahun).
International Badminton Federation
(sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan
penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya
yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan,
Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King
Masa keemasannya yang berlangsung cukup
panjang, berpuncak pada juara tunggal putri bulutangkis Olimpiade
Barcelona, Spanyol (1992). Dia peraih emas pertama Indonesia di
Olimpiade. Prestasi yang mengharumkan nama bangsa juga diukir oleh Susi
dengan meraih sederetan kejuaraan. Dia menjuarai All England empat kali
(1990, 1991, 1993, 1994). Sang juara yang punya semangat pantang
menyerah ini selalu menjadi ujung tombak tim Piala Sudirman dan Piala
Uber. Juga juara dunia (1993) dan puluhan gelar seri grand prix. Dalam
setiap pertandingan, ia menunjukkan sikap tenang bahkan terlihat tanpa
emosi di saat-saat angka penentuan. Semangatnya yang pantang menyerah
meski angkanya tertinggal jauh dari lawan membuat banyak pendukungnya
menaruh percaya bahwa Susi pasti menang. Berkat kegigihan dan
ketekunannya, Susi Susanti turut menyumbang sukses tahun 1989 ketika
Piala Sudirman direbut tim Indonesia untuk pertama kalinya dan sampai
sekarang belum lagi berulang.
3. Kecerdasan Musical
Kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan
timbre dari musik yang didengar.
Siapa
yang tidak kenal lagu Indonesia Raya, kita dan seluruh Rakyat negeri
ini pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu ini, karena memang ia
adalah Lagu Kebangsaan kita Bangsa Indonesia, setiap even kenegaraan,
pertemuan organisasi massa, olah raga, dsb.nya, lagu Indonesia Raya
pasti berkumandang, bahkan untuk menghormatinya ketika menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya semua pasti dianjurkan untuk berdiri, itu
sebagai isyarah sumpah dari yang menyanyikan untuk menegakkan apa yang
menjadi isi dari lagu tersebut, disana ada janji untuk cinta tanah air,
janji untuk bersatu, janji untuk membangun jiwa dan raga Rakyat
Indonesia yang semuanya itu untuk cita-cita Indonesia Raya. Pada masa
penjajahan, lagu ini mampu menggugah semangat patriotisme bangsa
Indonesia, mampu menjadi semacam perwujudan persatuan dan kehendak untuk
merdeka bagi Rakyat Indonesia, sampai-sampai Belanda sempat melarang
penyebutan Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan dan bait merdeka
merdeka supaya diganti dengan mulia mulia (WR Supratman menyebut lagu
ini dengan Lagu Kebangsaan sejak pertama kali diperkenalkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928), ini karena saking takutnya pihak
Belanda akan bangunnya kesadaran jiwa Bangsa Indonesia yang ditimbulkan
dari lagu ini, namun upaya itu tidak menyurutkan nyali dari para pejuang
Indonesia untuk tetap menganggapnya sebagai lagu kebangsaan dan tetap
menyanyikan lagu Indonesia Raya pada setiap acara-acara resmi,
pertemuan-pertemuan penting, dll. hingga akhirnya Indonesia benar-benar
bisa meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. selengkapnya di sini
4. Kecerdasan Linguistik
Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata
secara efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor,
pelawak, selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga
membantu kesuksesan kariernya di bidang pemasaran dan politik.
Beliau
adalah salah satu contoh pemilik kecerdasan linguistik. Soekarno,
Presiden Pertama Indonesia banyak mempunyai kata-kata yang memotivasi
dan membangkitkankan semangat saat melakukan pidato. Beberapa kata-kata
adalah sebagai berikut.
“Berikan aku 1000 orang tua,
niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang
menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini,
jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT
Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian,
bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena
kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya
adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih
ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi
orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah
pun”. (Bung Karno). Baca selengkapnya
5. Kecerdasan Logika / Mathematic
Ketrampilan mengolah angka dan kemahiran
menggunakan logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan
ilmuwan, akuntan, pemrogaman komputer dan ahli matematika.
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah Sri
Mulyani Indrawati (lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962;
umur 48 tahun) adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang
menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini diembannya
mulai 1 Juni 2010. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet
Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor di Kantor Bank Dunia, dia
praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan. Sebelum
menjabat menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu.
Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai
seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri
Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar.
Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai
Gubernur Bank Indonesia.
Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan
terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September
2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.[1] Ia juga
terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah
Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi
majalah Globe Asia bulan Oktober 2007
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan mengerti
maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara
dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara
efektif dalam berkomunikasi. Ahli dalam pergaulan.
Abdurrahman “Addakhil”, demikian nama
lengkapnya. Secara leksikal, “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”, sebuah
nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis
Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di
Spanyol. Belakangan kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama
“Wahid”, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan
Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada
seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam
bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4
Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”.
Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri
jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di
Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj.
Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri
Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang
menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan
demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua
tokoh bangsa Indonesia.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai
kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya.
Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan
musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk
menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut
juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini
menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya
mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai Ketua Juri Festival
Film Indonesia.
Semasa hidupnya Gus Dur mendapatkan
gelar doktor “Honoris Causa” dari sejumlah perguruan tinggi ternama di
Jepang, Korea Selatan, Perancis, Thailand, dan Israel. Gus Dur pernah
menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Ketua Forum
Demokrasi, Ketua Umum PBNU, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), anggota
MPR, Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan
Presiden RI ke-4. Gus Dur juga pernah meraih sejumlah penghargaan di
bidang perdamaian dan keagamaan dari sejumlah organisasi perdamaian dan
keagamaan di beberapa negara.
7. Kecerdasan Intra Personal
Kemampuan yang berhubungan dengan
kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan
dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan
melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat
menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral
Berikut ini salah seorang pemilik kecerdasan intra personal,
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. Lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang,
6 Mei 1929 – meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun.
Dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan
pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk “rakyat kecil”). Dia juga dikenal
dengan panggilan populernya, Rama Mangun atau dibaca “Romo Mangun” dalam
bahasa Jawa.
8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam
maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali
tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
Beliau
salah satu pemilik kecerdasan naturalis, Prof. Dr. André Joseph
Guillaume Henri Kostermans atau Achmad Jahja Goh Hartono Kostermans
setelah menjadi WNI dan memeluk agama Islam; lahir di Purworejo, 1 Juli
1906 – meninggal di Jakarta, 10 Juli 1994 pada umur 88 tahun. Beliau
adalah seorang pakar botani Belanda dan Indonesia.
Sebagian besar karyanya membahas tentang
flora Asia Tenggara. Gelar doktor diperolehnya dari Universitas
Utrecht, Belanda, pada tanggal 20 Januari 1936 dengan penelitian
berjudul Studies in South American Malpighiaceae, Lauraceae and
Hernandiaceae, Especially of Surinam di bawah bimbingan Prof. August
Adriaan Pulle. Pada awal kariernya, ia menyumbang beberapa bagian pada
Flora Suriname (karya A.A. Pulle).
Minat utamanya pada Lauraceae, beberapa
suku Malvales (Bombacaceae dan Sterculiaceae) dan Dipterocarpaceae. Di
tahun-tahun akhir ia juga bekerja untuk Anacardiaceae (buku tentang ini
diterbitkan oleh Academic Press). Kostermans, yang biasa dipanggil Dok
oleh rekan dan anak buahnya, sangat produktif dan banyak menulis di
berbagai media publikasi. Dialah juga yang membesarkan nama Herbarium
Bogoriensis.
Sebelum meninggal pada tahun 1994, ia
terlebih dahulu terkena serangan jantung pada tahun 1991. Kostermans
tidak menikah tetapi meninggalkan banyak anak asuh, seperti ahli jamur
(mikolog) utama Indonesia Prof. Dr. Mien Rifai, pakar mikologi dan Dr.
Soegeng Reksodihardjo, seorang pakar botani untuk suku Bombacaceae. Satu
nama marga dari suku Malvaceae (sebelumnya Bombacaceae) diberi nama
Kostermansia. Banyak pula spesies yang diberi nama untuk menghormatinya,
seperti Cryptocarya kostermansiana (Lauraceae). Singkatan Kosterm.
dipakai untuk dirinya dalam literatur botani. Kostermans meninggal dunia
di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta dan dimakamkan di Kebun
Raya Bogor, Jawa Barat.
9. Kecerdasan Intuisi
Kemampuan untuk merasakan atau
mengetahui suatu hal tanpa alasan tertentu. Intuisi dapat bekerja ketika
alam di bawah sadar kita menemukan hubungan antara situasi baru yang
dihadapi dengan berbagai pola pengalaman di masa lalu.
Mira,
Q-Grader, atau ahli perasa dan pencium kopi yang punya sertifikasi dan
diakui di dunia internasional merupakan pemilik kecerdasan intuisi.
Semenjak terjun di bisnis kopi kurang
lebih sudah 5 tahun. Latar belakang terjun jadi cupper atau ahli penilai
rasa dan aroma kopi awalnya karena rasa penasaran saja. “Pertama
mendengar istilah Q-Grader (ahli pencinta rasa kopi yg telah
tersertifikasi Q – yand dikeluarkan oleh SCAA (Specialty Coffee
Asociation of America) kedengarannya keren aja, lalu saya mencoba dan
akhirnya lulus sbg Q-Grader adalah suatu kebanggaan sendiri. Apalagi
profesi sebagai Cupper ini sangat jarang bukan saja untuk perempuan
tetapi juga profesi yang cukup langka di Indonesia maupun di dunia”,
kata Mira.
(catatan: SCAA adalah sebuah
organisasi tempat bernaung orang2 yang bergerak dalam industri kopi dan
mempunyai wewenang untuk mengeluarkan standard dari mulai penanaman
kopi, roasting, hingga cara membuat kopi)
10. Kecerdasan SpiritualKemampuan menyadari,menentukan dan menempatkan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar, alam semesta dan sesama manusia. Kecerdasan spiritual adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena menjadi sumber bagi kecerdasan lainnya
Kyai Muchammad Muchtar Mu;thi AlMujtaba,
adalah contoj pemilik kecerdasan spiritual. Menurut “Ensiklopedi
Islam”, Penerbit PT.Ikhtiar Van Hoven Jakarta, tahun 1994, buku ini
terdiri dari 5 (lima) jilid besar.
Jild I dengan tebal 336 halaman, jilid
II dengan tebal 346 halaman, jilid III dengan tebal 356 halaman, jilid
IV dengan tebal 336 halaman, dan jilid V dengan tebal 334 halaman.
Disusun oleh 80 orang, sebagian besar terdiri dari Dosen-Dosen perguruan
tinggi.
Kitab yang dipakai sebagai sumber dalam
penyusunan ada 1049 kitab ditambah pemasukan informasi dari Duta
besar-Duta besar Negara Islam di Jakarta.
Di sebutkan dalam Jilid V- Bab Thoriqot –
huruf (T), halaman 67, terdapat tabel nama-nama Thoriqot yang mempunyai
pengaruh besar di dunia yaitu sejumlah 44 thoriqot tersebar di 3 benua
yaitu, benua Asia, Afrika, Eropa. Benua yang kosong dari Pusat
pengembangan Thoriqot ada dua yaitu, benua Amerika dan benua Australia.
Kyai Muchtar Mu’thi tercantum di urutan ke 34
(Singkatan T untuk `Thoriqot`, P untuk `pendiri`, dan Di untuk `berpusat di`)
…..
30. T: Sa`diyyah. P: Sa`aduddin Jibawi. Di Damaskus Syuria.
31. T: Safaawiyyah. P: Saifuddin. Di Ardabil Iran.
32. T: Sanusiyyah. P: Sidi Muhammad bin `Ali As Sanusi. Di Tripoli Libya.
33. T: Saqoothiyyah. P: Sirri Saqothi. Di Baghdad Irak.
34. T: Shiddiqiyyah. P: Kyai Muchtar Mu`thi. Di Jombang Jawa Timur Indonesia.
….30. T: Sa`diyyah. P: Sa`aduddin Jibawi. Di Damaskus Syuria.
31. T: Safaawiyyah. P: Saifuddin. Di Ardabil Iran.
32. T: Sanusiyyah. P: Sidi Muhammad bin `Ali As Sanusi. Di Tripoli Libya.
33. T: Saqoothiyyah. P: Sirri Saqothi. Di Baghdad Irak.
34. T: Shiddiqiyyah. P: Kyai Muchtar Mu`thi. Di Jombang Jawa Timur Indonesia.
Beliau mendirikan pesantren Majma’al
Bahrain di Ploso, Jombang yang mana pesantren tersebut bernuansa khas
cinta tanah air. Pesantren Majma’al Bahrain ini tidak hanya concern
terhadap pendidikan saja, tetapi juga terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan kebangsaan. Dari pesantren ini lahirlah Majalah Al Kautsar,
Perusahaan Air Minum Maaqo, Koperasi, Tarbiyyah Hifdhul Ghulam Banat
(sekolah berjenjang dari kelas 1 hingga 12), Rumah Makan Yusro, Hotel
Yusro, juga organisasi sosial keagamaan seperti : Jami’ah Kautsaran
Putri Haajarulloh, Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah, Organisasi
Shiddiqiyyah, organisasi yang fokusnya mengurusi anak Yatim & Dhuafa
yaitu Dhilal Berkat Rohmat Alloh, serta organisasi pemuda, OPSHID, yang
memiliki semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan lain sebagainya.
Banyak program kemashlahatan umat yang
lahir dari binaan Beliau, seperti Pembangunan Rumah Layak Huni setiap
tasyakuran Kemerdekaan Bangsa Indonesia & Sumpah Pemuda, santunan
nasional setiap Maulid Nabi Muhammad SAW yang nilainya terus meroket
setiap tahunnya, pembangunan 2000 Jamiatul Mudzakkirin (tempat berdzikir
khusus), Bustan Tsalid Qolbun (Taman Penjagaan Hati, setara sekolah
Qur’an), dan lain sebagainya. Semuanya dalam cakupan wilayah nasional,
Se Indonesia. Bahkan juga menyebar hingga ke negeri jiran.
Cerdas menurut Islam
Dari Abi Ya’la Syaddad ibnu Aus ra.
dari Nabi SAW bersabda, “Orang yang cerdas itu adalah yang mengevaluasi
dirinya dan beramal untuk persiapan setelah mati. Sedangkan orang yang
lemah akal adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan banyak
berangan-angan kepada Allah” (HR Tirmizy)
Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang
memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan
merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain
seperti QS Al-Ghasyiah : 17-20, QS Qaf : 6-10, QS Al-An’am: 95, QS
Al-Anbiya : 66-67
Selanjutnya, salah satu metode yang
dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan
menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang
lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh
salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif
seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain,
dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka
berkembang.
Berkaitan dengan fakta inilah perlunya
kita bersyukur terhadap sesama manusia. Kecerdasan hanyalah sehimpunan
kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan
kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh. Sedang
proses belajar adalah proses meniru-merekam-mengambil kesimpulan atas
apa yang terjadi di masyarakat.
Aktivitas berfikir manusia saat belajar
tidak selalu menghasilkan pemikiran yang sama satu sama lain. Perbedaan
keputusan mewarnai proses penentuan solusi atas masalah yang dihadapi.
Disinilah indahnya berbangsa dan bermasyarakat, menurut Rosululloh
Muhammad SAW, perbedaan itu rahmat. Maka sepantasnya bersyukur atas
perbedaan yang timbul dengan hati yang tertata baik dan perbuatan yang
manfaat bagi kebaikan bersama.
Bersyukur terhadap sesama manusia sama
dengan bersyukur terhadap nikmat Alloh. Tanpa orang lain, mustahil kita
bisa menjadi seperti kita saat ini. Bagaimana wujud syukurnya ? Jagalah
persatuan, peliharalah toleransi, santuni faqir miskin dan anak yatim
serta jujur dan permudahlah urusan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar