Rabu, 05 Desember 2012

Karena dia hanya insan biasa


Foto: ‎♥ﷲ♥˚Istikharah Cinta◦°˚˚♥ﷲ♥

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum [30]:21)

Dari ayat tersebut telah jelas bahawa manusia diciptakan Allah dengan pasangannya. Jadi jangan merasa berkecil hati jika saat ini masih ada yang belum menemui jodohnya atau telah bertemu jodoh dan Allah berkehendak lain dengan jodoh tersebut

Urusan jodoh memang seringkali dikaitkan dengan “rahasia Tuhan” yang mengejutkan.Seseorang yang berparas menarik dan memiliki sekian kelebihan, tetapi tidak menemui pasangan. Sementara seseorang yang dipandang biasa-biasa saja lebih cepat berkahwin.Jodoh memang sudah ditentukannya tetapi bukan bererti kita cuma berdiam diri tanpa adanya usaha.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Menemukan pasangan menuntut sejumlah usaha aktif yang komprehensif. Usaha-usaha positif dalam menemukan pasangan dapat disebut sebagai “menjemput jodoh”. Bagi orang yang beriman, berdoa adalah puncak segala usaha. Bahkan Islam menyebut doa sebagai silah al-mu’min (senjata mu’min).

Dalam mengenali pasangan, manusia tetap dibatasi kemampuannya untuk melihat pada aspek-aspek fizikal jasmani dan hal-hal yang nampak dimata. Sementara aspek batin yang tersembunyi tetaplah milik Allah. Solat Istikarah merupakan upaya untuk memohon kepada Tuhan dalam membantu memilih calon pasangan. Jangan terburu-buru untuk menolah atau menerima sebelum upaya berdoa ini dilakukan agar tidak salah pilih.

Begitu dahsyatnya keajaiban solat istikarah dalam memantapkan hati dalam menentukan pilihan, Bahawasanya orang yang telah melaksanakan solat istikarah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak .

Bermunajat pada Allah dalam sepertiga malamnya memohon diberikan pilihan terbaik dalam hidupnya sebuah petunjuk dalam memantapkan hati mengenai jodoh yang menjadi misteriNYA.

Diatas Sajadah malam ini aku tertunduk pada gelap dan pekatnya malam,
meraba rahsia Mu Ya Allah atas jodoh yang kan kau pilihkan untukku
istikarah mencari jawapan untuk menggapai alhub fillah wa lillah dalam doa ku bersimpuh pasrah memohon datangnya jawapan kepada Sang Pemberi hidayah bila jawapan itu masih menggantung di langit maka turunkanlah bila jawapan itu masih terpendam di perut bumi maka keluarkanlah bila jawapan itu sulit ku raih maka mudahkanlah bila jawapan itu masih jauh maka dekatkanlah

Duhai kekasih sejati, Engkau Maha cahaya, Engkau Cahaya di atas Cahaya.
Dalam kerinduan mendalam, dalam tatih meniti Pintu Cahaya,
Aku di sini, bersimpuh untuk menjemput CINTA,
Cinta Seseorang Yang telah kau pilihkan semoga kan abadi di dunia dan Akhirat

“Ya Allah,
Tuhan yang Maha Memiliki Rahsia, Tuhan yang Maha memegang kasih sayang seluruh jiwa kami, Tuhan yang Maha Penentu, Tuhan yang Maha Menyatukan jiwa-jiwa kami, ya Allah, aku merupakan hamba yang lemah, hamba yang tidak mampu mengawal diriku daripada fitrah seorang manusia yang memerlukan teman, memerlukan kekasih, memerlukan suami/isteri, memerlukan keluarga.

Ya Allah
aku tidak mampu menahan diriku daripada terjeremus ke dalam kemaksiatan. Ya Allah, jika masanya telah tiba, jika apa yang aku mohon ini merupakan sesuatu yang terbaik disisiMu Ya Allah, terbaik buat agamaku Ya Allah, terbaik buat diriku, keluarga dan seluruh mukminin dan mukminat Ya Allah, maka aku memohon kepadaMu YaAllah agar aku ditemukan dengan jodoh yang terbaik di sisiMu Ya Allah. Setiap yang terbaik di sisiMu Ya Allah, pasti terbaik buat diriku Ya Allah.

Namun Ya Allah,
jika masanya untuk dipertemukan dengan jodohku belum tiba YaAllah, maka Ya Allah, aku memohon kepadaMu agar Kau tunjukkan jalan-jalan untuk aku memiliki jodohku Ya Allah. Aku memohon agar Kau tunjukkan aku tuntutun-tuntutanMu yang perlu aku lakukan untuk memiliki jodohku Ya Allah. Ya Allah, Tuhan yang Maha Memakbulkan doa, Tuhan yang Maha Penentu jodoh, Ya Allah jauhilah aku daripada kemaksiatan, jauhilah aku daripada perkara-perkara yang tidak dapat memberikan manfaat, jauhilah aku daripada perkara-perkara yang Engkau murkai dan perkara-perkara yang menyesatkan diriku Ya Allah. Aamiin ya Rabbal'alamin

Jadi, bagi yang belum bertemu jodoh, bersikap optimislah, temui serta jemputlah calon jodoh anda dengan ikhtiar yang maksimum. Yakinlah bahawa Allah telah menentukan segala sesuatu berpasang-pasangan. Mudah-mudahan Allah membimbing usaha anda untuk sampai kepada jodoh yang ditakdirkan. Amin.

Jangan menyerah kegagalan yang pernah terjadi dalam menjemput jodoh bukan bererti kegagalan selamanya.
Satu prinsip yang kan selalu melekat dihati ” La Tahzan Innalloha Ma’ana”
Senyum terindah untuk jodoh yang Allah telah persiapkan.

Aamiin ya Rabbal'alamin‎
 

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban du
niawi (cakep atau tajir, manusiawi lah). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.

Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya tentulah melalui ta’aruf, tanpa pacaran. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat (aktivis pengajian), saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.

Dia bukanlah akhwat. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.

Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu. Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That’s all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol –hanya berdua- di taman rumahnya. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya.

“Aku gak bisa tidur”, Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan lampu taman.

“Kenapa kamu memilih dia” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari duduknya sambil meraih HP disaku bajunya. Ia masuk dalam kamar berlahan dia membuka laci meja riasnya dan kembali ke taman lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.

“Buka aja” Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih.. hehehe. Saya membaca satu kalimat di atas dideretan paling atas.

“Busyet dah nih orang” Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.

Kepada Yth

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya

Di tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama …. menginginkan anda, untuk menjadi istri saya.

Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak saya kelak.

Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamanya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.

Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu, Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.

Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.

Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istikhoroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Aamiin ya Rabbal'alamin

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat lamaran yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya.

Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

“Kenapa kamu memilih dia”

“Karena dia manusia biasa” Dia menjawab mantap.

“Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buatku”

“Maksudnya?”

“Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha…” Sahutnya dengan tawa renyahnya

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah proses usaha.

Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan nama. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang melekat pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.

Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.

Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.

Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.

Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.

Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta tumbuh karena suami/istri ( belahan jiwa).

Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.

Aamiin ya Rabbal'alamin

Aku memang manusia biasa,Yang tak sempurna Dan kadang salah,Namun dihatiku hanya satu,Cinta untuk-MU luar biasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar