Penelitian korelasi
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau
lebih, dan apabila ada, betapa eratnya hubungan serta berarti atau
tidaknya hubungan itu. Untuk menentukan tingkat hubungan-hubungan antara
variabel-variabel dapat digunakan suatu alat statistik yang disebut
koefisien yang dipilih adalah mereka yang menampakkan perbedaan dalam
beberapa variabel penting yang sedang diteliti. Untuk menghitung
besarnya korelasi digunakan statistik teknik statistik ini yang
digunakan untuk menghitung antar dua atau lebih variabel. Ada dua jenis
statistik untuk menghitung korelasi:
a. Koefisien korelasi bivariat adalah
statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan
hubungan antara dua variabel.
b. Metode korelasi multi variat adalah
statistik yang digunakan peneliti untuk menggambarkan dan menentukan
hubungan antara tiga variabel atau lebih.
Teknik Korelasi
Ada beberapa jenis teknik korelasi yang bisa digunakan.
1. Korelasi Product – Moment
Ada 3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini, yaitu:
Dari ketiga rumus diatas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu diinterpretasikan. Untuk interpretasi dapat dilihat tabel berikut.
Besarnya r
|
Interpretasi
|
0,800<r<1
0,600<r<0,600
0,400<r<0,600
0,200<r<0,400
0,000<r<0,200
|
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah
|
Apabila diperoleh angka negatif, berarti
kelasnya negatif, ini menunjukkan kebalikan urutan indeks korelasi
tidak pernah lebih dari 1 (satu).
2. Korelasi Tata Jenjang
Korelasi tata jenjang digunakan untuk
menentukan hubungan atau dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala
ordinal atau tata jenjang.
Rumus yang dikemukakan:
3. The Widespread Biserial Correlation
Sering terjadi dalam penelitian yang
membutuhkan pengamatan seperti cenderung memberikan nilai rata-ratadari
pada menilai sangat baik atau sangat buruk.
Rumus:
4. Poin Biserial Correlation
Digunakan apabila kita hendak mengetahui
korelasi antara dua variabel, yang atu variabel kontinum, sedang yang
lain variabel deskrit murni. Hasil perhitungan dengan korelasi biserial
dapat dikonsultasikan ke tabel r hasil korelasi produk moment.
Rumus:
5. Korelasi Tetrachoric
Digunakan untuk mencari korelasi dua
variabel deskrit buatan. Mula-mula datanya merupakan data kontenum yang
sebenarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Subjek yang menguasai materi
b. Subjek yang tidak menuasai materi
6. Phi Coeficient
Koeficient Phi (π) yang menghasilkan Koeficient Phi digunakan
untuk mencari hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit
murni bila variabel deskrit dan merupakan variabel diskrit, maka diubah
dulu menjadi variabel diskrit Korelasi Phi sering digunakan
untuk menentukan validitas item variabel pertama adalah benar atau
salahnya subjek dalam menjawab item, sedangkan variabel kedua adalah
skor total yang dibuat dikotomi.
Cara mengubah skor total menjadi
dikatomi dapat menggunakan mean atau median. Jika menggunakan mean
sebagai nilai pemisah subjek maka ada kemungkinan banyaknya subjek pada
dua kelompok bisa tidak sama bila menggunakan mean sebagai nilai pemisah
subjek maka banyak subjek untuk kedua kelompok sama.
a. Kelompok yang tidak sama jumlah subjeknya
b. Kelompok yang sama jumlah subjeknya
7. Contingen Coeficient (Koefisien Kontingensi)
Koefisien Kontingensi digunakan bila
variabel yang dikorelasikan berbentuk kategori (gejala ordinal) bila
datanya bergaris diskrit, maka aelain menggunakan koefisient phi atau tetra korik. Tetapi bila variabelnya diklasifikasikan menjadi lebih dari dua maka koefisient phi atau tetra korik tidak dapat digunakan.
Contingency (C) sangat erat kaitannya dengan Ch – kuadrat dan dihitung dengan Chi kuadrat maka C dapat dengan mudah diketahui. Rumus menghitung Chi kuadrat adalah:
Untuk menghitung koefisien kontinyansi digunakan rumus:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar