Senin, 03 Desember 2012

Pelopor Kebidanan di dunia


                                                             BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan pelayanan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin khususnya di Negara berkembang dan di Negara miskin. Menginngat hal di atas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
B.     TUJUAN
1.      Mengetahui siapa para pelopor dalam perkembangan kebidanan nasional maupun internasional.
2.      Mempelajari dan memahami serta mencontoh para pelopor dalam perkembangan kebidanan dalam lingkup nasional maupun internasional.
C.    RUMUSAN MASALAH
1.      Siapakah pelopor-pelopor perkembangan kebidanan dalam negeri maupun di luar negeri ?
2.      Bagaimana perjuangan para pelopor kebidanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam negeri maupun luar negeri ?
BAB II
P E M B A H A S A N
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem  pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Bidan di dalam menjalankan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Seorang bidan haruslah tahu siapa saja yang mempelopori perkembangan kebidanan.
PELOPOR KEBIDANAN DARI LUAR NEGERI
1.      Hyppocrates (460-370 SM)
Hyppocrates yang berkebangsaan Yunani, dikenal sebagai Bapak Pengobatan, tidak lain karena jasa-jasanya dalam bidang keperawatan, kedokteran, dan pengobatan. Dalam bidang kebidanan Hyppocrates menganjurkan agar wanita yang sedang melahirkan harus ditolong berdasarkan perikemanusiaan dengan cara meringankan beban ibu yang sedang bersalin itu.
2.      William Shippman (1736-1808)
Dokter berkebangsaan Amerika ini mendirikan kursus kebidanan dan rumah sakit bersalin, pada tahun 1762. Kemudian pada tahun 1810 bersama dokter Thomas Chaalkley mempromosikan partus buatan pada bayi premature pada ibu yang pinggulnya sempit.
3.      Dr. Sammuel Bard (1742-1821)
Dr. Samuel Bard, yang berkebangsaan Amerika Serikat banyak menulis buku-buku kebidanan, diantaranya :
a.       Cara pengukuran konyugata diagonalis
b.      Kelainan-kelainan pinggul
c.       Melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi
d.      Membagi persalinan pada empat kala
e.       Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversio uteri
f.       Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
g.      Melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
4.      Dr. Walter Channing (1786-1876)
Channing memperoleh gelar dokter pertama kali dari Universitas Edinburg. Ia adalah professor kebidanan dan hukum kedokteran pertama yang diperoleh dari Universitas Harvard. Ia adalah salah satu dokter yang pertama kali menggunakan anesthesia (bius) kepada ibu yang melahirkan, dan ia membuat risalah untuk kepentingan itu, diberi judul “Treatise on Etherization in Child Birth, illustrated by 581 cases”, tahun 1849.
5.      Dr. Boudeloque (1745-1810)
Ia adalah ahli kebidanan yang meneliti dan mempelajari tentang panggul dan ukurannya. Ia menerbitkan buku pada tahun 1842, yakni panggul sebagai basis dalam kebidanan, persalinan dapat dilakukan dengan cara sikap dorsol recumbent, ketentuan pemasangan forcep kepala jangan lebih dari 6 jam didasar panggul.
6.      Hugh L. Hodge, M.D. (1796-1873)
Nama lengkapnya Hugh Lenox Hodge. Ia adalah dokter berkebangsaan Amerika, dilahirkan di Philadelphia, pada tanggal 27 bulan juni tahun 1796, memperoleh gelar dokter dari Univearsitas Pennsylvania.
Ia mempelajari letak belakang kepala, mekanisme letak sungsang, pemasangan forcep harus di samping kepala anak kecuali bila kepala masih tinggi, membagi turunnya kepala dengan bidang-bidang dasar panggul. Di samping itu ia menulis buku yang terkenal pada tahun 1866, yakni “The Principle and Practice of Obstertrics”. Buku ini terkenal di Amerika dan di luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair dari Philadelphia.
7.      Francois Mauriceau (1637-17 Oktober 1709)
Ia adalah ahli kebidanan (obstertrician) berkebangsaan Perancis abad 17 yang terkenal di Eropa. Pertama kali bukunya yang terbit adalah “Traite des Maladies des femmes Grosses et Accouchees”, adalah satu buku yang membangun obstertrics (ilmu kebidanan) sebagai suatu ilmu, yang kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Ia juga terkenal di dalam mengembangkan metoda kuno di dalam membantu kelahiran sunsang. Ia memberikan gambaran mengenai kehamilan tuba dan bersama dengan bidan dari Jerman, Justine Siegmundin (1650-1705) mendapat penghargaan karena mengenalkan praktek punksi (punctio) kantong selaput ketuban (amnion) guna menahan pendarah di placenta praevia, yakni plasenta yang tumbuh pada segmen rahim, yaitu pada daerah dilatasi, sehingga menutupi ostium internum servisis uteri; gejala utama plasenta praevia adalah pendarahan tanpa rasa nyeri pada kehamilan trisemester terakhir, khususnya selama bulan kedelapan.
Pada awal abad 18, seorang ahli kebidanan Inggris Hugh Chamberlen mencoba menjual forceps “rahasia” khusus untuk obstetric kepada Mauriceau. Mauriceau menjadi benci kepada Chamberlen yang menuduhnya bahwa keluarga Chamberlen biasa menipu.
8.      Ignaz Philipp Semmelweis (1 Juli 1818-13 Agustus 1865)
Ia adalah dokter dari Hungaria yang mendapat julukan “savior of mothers” artinya penyelamat kaum ibu. Hal itu karena dalam penelitiannya ia menemukan cara menyelamatkan ibu-ibu yang mengalami demam saat masa nifas, karena infeksi, (sepsis puerpuerium) dapat diatasi secara cepat dengan tekhnik cuci tangan yang akurat berdasarkan standar kedokteran di dalam klinik kebidanan.
Ia pada tahun 1847, mengenalkan teknik cuci tangan menggunakan cairan kapur-klor atau kapur terklorinasi (lime chlorinate solutions=kaporit), kepada mahasiswa kedokteran residen yang sudah praktek autopsy. Teknik cuci tangan seperti ini dalam prakteknya saat itu dapat segera mengurangi demam nifas yang fatal dari 10% sampai 12%. Dasar teori ini kelak menjadi dasar dari penelitian Louis Pasteur yang emngembangkan teori penyebab penyakit karena mikroorganisme pantogen. Semmelweis kemudian dipandang sebagai pelopor prosedur antiseptis.
9.      Daunce dari Bordeaux
Pada tahun 1857 ia memperkenalkan pembangunan incubator dalam perawatan bayi premature. Setelah abad 20 dikembangkanlah post natal care dengam ambulasi dini, roming in mulai dipraktikan, monitoring antepartum dan ingtrapartum yang tepat dengan penggunaan ultrasonografi dan cardiotocgrafi
PELOPOR KEBIDANAN DI DALAM NEGERI
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan maupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.
BAB III
P E N U T U P
I.                   KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah disampaikan pada pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan sudah ada sejak lama dan terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ada banyak para pelopor kebidanan di dunia dan di Indonesia yang bias kita rasakan betapa besar jasa dan perjuangan mereka untuk menolong ibu dan bayinya.
II.                SARAN
Penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal atau pendidikan nonformal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani. Dwani dan kawan-kawan.2009.Konsep Kebidanan.Yogyakarta:fitramaya
Sofyan, Mustika dan kawan-kawan. 2006. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta:PP IBI
http://www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar