PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan
pelayanan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini
menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal
yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan
terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin khususnya di Negara
berkembang dan di Negara miskin. Menginngat hal di atas, maka penting bagi
bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu
dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
B.
TUJUAN
1. Mengetahui
siapa para pelopor dalam perkembangan kebidanan nasional maupun internasional.
2. Mempelajari
dan memahami serta mencontoh para pelopor dalam perkembangan kebidanan dalam
lingkup nasional maupun internasional.
C.
RUMUSAN
MASALAH
1. Siapakah
pelopor-pelopor perkembangan kebidanan dalam negeri maupun di luar negeri ?
2. Bagaimana
perjuangan para pelopor kebidanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam
negeri maupun luar negeri ?
BAB
II
P
E M B A H A S A N
Pelayanan kebidanan adalah seluruh
tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Bidan di dalam
menjalankan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan
yang diberikan. Seorang bidan haruslah tahu siapa saja yang mempelopori
perkembangan kebidanan.
PELOPOR
KEBIDANAN DARI LUAR NEGERI
1.
Hyppocrates
(460-370 SM)
Hyppocrates yang berkebangsaan Yunani, dikenal
sebagai Bapak Pengobatan, tidak lain karena jasa-jasanya dalam bidang
keperawatan, kedokteran, dan pengobatan. Dalam bidang kebidanan Hyppocrates
menganjurkan agar wanita yang sedang melahirkan harus ditolong berdasarkan
perikemanusiaan dengan cara meringankan beban ibu yang sedang bersalin itu.
2.
William
Shippman (1736-1808)
Dokter berkebangsaan Amerika ini mendirikan kursus
kebidanan dan rumah sakit bersalin, pada tahun 1762. Kemudian pada tahun 1810 bersama
dokter Thomas Chaalkley mempromosikan partus buatan pada bayi premature pada
ibu yang pinggulnya sempit.
3.
Dr.
Sammuel Bard (1742-1821)
Dr. Samuel Bard, yang berkebangsaan Amerika Serikat
banyak menulis buku-buku kebidanan, diantaranya :
a. Cara
pengukuran konyugata diagonalis
b. Kelainan-kelainan
pinggul
c. Melarang
pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi
d. Membagi
persalinan pada empat kala
e. Menasehatkan
jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversio uteri
f. Mengajarkan
bahwa letak muka dapat lahir spontan
g. Melarang
pemakaian cunam yang berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
4.
Dr.
Walter Channing (1786-1876)
Channing memperoleh gelar dokter pertama kali dari
Universitas Edinburg. Ia adalah professor kebidanan dan hukum kedokteran
pertama yang diperoleh dari Universitas Harvard. Ia adalah salah satu dokter
yang pertama kali menggunakan anesthesia (bius) kepada ibu yang melahirkan, dan
ia membuat risalah untuk kepentingan itu, diberi judul “Treatise on
Etherization in Child Birth, illustrated by 581 cases”, tahun 1849.
5.
Dr.
Boudeloque (1745-1810)
Ia adalah ahli kebidanan yang meneliti dan
mempelajari tentang panggul dan ukurannya. Ia menerbitkan buku pada tahun 1842,
yakni panggul sebagai basis dalam kebidanan, persalinan dapat dilakukan dengan
cara sikap dorsol recumbent, ketentuan pemasangan forcep kepala jangan lebih
dari 6 jam didasar panggul.
6.
Hugh
L. Hodge, M.D. (1796-1873)
Nama lengkapnya Hugh Lenox Hodge. Ia adalah dokter
berkebangsaan Amerika, dilahirkan di Philadelphia, pada tanggal 27 bulan juni
tahun 1796, memperoleh gelar dokter dari Univearsitas Pennsylvania.
Ia mempelajari letak belakang kepala, mekanisme
letak sungsang, pemasangan forcep harus di samping kepala anak kecuali bila
kepala masih tinggi, membagi turunnya kepala dengan bidang-bidang dasar
panggul. Di samping itu ia menulis buku yang terkenal pada tahun 1866, yakni
“The Principle and Practice of Obstertrics”. Buku ini terkenal di Amerika dan
di luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair dari Philadelphia.
7.
Francois
Mauriceau (1637-17 Oktober 1709)
Ia adalah ahli kebidanan (obstertrician) berkebangsaan
Perancis abad 17 yang terkenal di Eropa. Pertama kali bukunya yang terbit
adalah “Traite des Maladies des femmes Grosses et Accouchees”, adalah satu buku
yang membangun obstertrics (ilmu kebidanan) sebagai suatu ilmu, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Ia juga terkenal di dalam
mengembangkan metoda kuno di dalam membantu kelahiran sunsang. Ia memberikan
gambaran mengenai kehamilan tuba dan bersama dengan bidan dari Jerman, Justine
Siegmundin (1650-1705) mendapat penghargaan karena mengenalkan praktek punksi
(punctio) kantong selaput ketuban (amnion) guna menahan pendarah di placenta
praevia, yakni plasenta yang tumbuh pada segmen rahim, yaitu pada daerah
dilatasi, sehingga menutupi ostium internum servisis uteri; gejala utama
plasenta praevia adalah pendarahan tanpa rasa nyeri pada kehamilan trisemester
terakhir, khususnya selama bulan kedelapan.
Pada awal abad 18, seorang ahli kebidanan Inggris
Hugh Chamberlen mencoba menjual forceps “rahasia” khusus untuk obstetric kepada
Mauriceau. Mauriceau menjadi benci kepada Chamberlen yang menuduhnya bahwa
keluarga Chamberlen biasa menipu.
8.
Ignaz
Philipp Semmelweis (1 Juli 1818-13 Agustus 1865)
Ia adalah dokter dari Hungaria yang mendapat julukan
“savior of mothers” artinya penyelamat kaum ibu. Hal itu karena dalam
penelitiannya ia menemukan cara menyelamatkan ibu-ibu yang mengalami demam saat
masa nifas, karena infeksi, (sepsis puerpuerium) dapat diatasi secara cepat
dengan tekhnik cuci tangan yang akurat berdasarkan standar kedokteran di dalam
klinik kebidanan.
Ia pada tahun 1847, mengenalkan teknik cuci tangan
menggunakan cairan kapur-klor atau kapur terklorinasi (lime chlorinate
solutions=kaporit), kepada mahasiswa kedokteran residen yang sudah praktek
autopsy. Teknik cuci tangan seperti ini dalam prakteknya saat itu dapat segera
mengurangi demam nifas yang fatal dari 10% sampai 12%. Dasar teori ini kelak
menjadi dasar dari penelitian Louis Pasteur yang emngembangkan teori penyebab
penyakit karena mikroorganisme pantogen. Semmelweis kemudian dipandang sebagai
pelopor prosedur antiseptis.
9.
Daunce
dari Bordeaux
Pada tahun 1857 ia memperkenalkan pembangunan
incubator dalam perawatan bayi premature. Setelah abad 20 dikembangkanlah post
natal care dengam ambulasi dini, roming in mulai dipraktikan, monitoring
antepartum dan ingtrapartum yang tepat dengan penggunaan ultrasonografi dan
cardiotocgrafi
PELOPOR KEBIDANAN DI DALAM NEGERI
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia
Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak
berlangsung lama karena kurangnya peserta didik yang disebabkan karena adanya
larangan maupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.
BAB
III
P
E N U T U P
I.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah disampaikan pada
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan sudah ada sejak lama dan terus berkembang seiring dengan
kemajuan zaman. Ada banyak para pelopor kebidanan di dunia dan di Indonesia
yang bias kita rasakan betapa besar jasa dan perjuangan mereka untuk menolong
ibu dan bayinya.
II.
SARAN
Penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah
berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Diberbagai catatan
pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuan
melalui pendidikan formal atau pendidikan nonformal dan bidan berhak atas
kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan
serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani. Dwani dan
kawan-kawan.2009.Konsep Kebidanan.Yogyakarta:fitramaya
Sofyan, Mustika dan
kawan-kawan. 2006. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta:PP IBI
http://www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar