BUKTI NYATA RAHASIA KHASIAT SHALAT MALAM/SHALAT TAHAJUD
Umar bin Abdil Aziz adalah seorang khalifah dari Dinasti Umayah yang
dikenal adil. Begitu adilnya sehingga dia disejajarkan dengan Sayidina
Umar bin Khattab r.a. Karena namanya sama, maka dia pun disebut dengan
panggilan Umar II atau Umar Ats-Tsani. Selama memerintah, seluruh
waktunya dia abdikan untuk kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan
duniawi maupun ukhrawi.
Selain adil, dia juga sangat wara’. Dia
begitu hati-hati dengan harta negara atau harta kaum muslimin, sehingga
tak mau menyentuhnya barang sedikit pun.
Dia pun ahli ibadah.
Siang hari dipakai melayani rakyat, malam hari untuk beribadah kepada
Allah. Setiap malam dia selalu bangun dari tidurnya di kala semua orang
terlelap dalam, lalu dia cari masjid yang ditinggalkan orang. Di situ
dia melaksanakan salat tahajud sebanyak yang dia mampu.
Bila
datang waktu sahur (penghujung malam, menjelang subuh), dia meletakkan
dahi dan pipinya di atas tanah. Dia terus menangis sampai terbit fajar.
Itulah kebiasaannya setiap malam.
Suatu kali dia melakukan hal
demikian seperti biasa. Ketika dia mengangkat kepala, dan rampung dari
salat serta memelasnya, dia mendapati secarik kertas berwarna hijau. Ada
cahaya yang memancar dari langit pada kertas itu. Di situ tertulis,
“Ini adalah pembebasan dari neraka untuk Umar bin Abdil Aziz dari Dzat
Mahadiraja yang Mahaperkasa.”
Salat malam atau tahajud memang
sarat rahasia. “Salat dua rakaat di malam hari adalah khazanah atau
simpanan kekayaan di akhirat kelak,” tulis Zainuddin Ali Al-Malibari
dalam kitabnya Hidayatul Atqiya’. Betapa tidak. Nabi SAW bersabda,
“Manusia bakal dikumpulkan di satu tanah berdataran tinggi. Lalu
terdengar seruan, ‘Di manakah orang-orang yang lambungnya menjauh dari
pembaringan lalu melakukan salat (malam), sedang mereka tergolong orang
yang sedikit.’ Kemudian masuklah mereka ke sorga tanpa dihisab.”
Khazanah atau simpanan kekayaan itu sangat kita butuhkan nantinya.
Bakal menyelamatkan kita di hari tiada sanak, tiada anak. Alhasil, tiada
siapapun yang mau menolong kita di hari itu, kecuali khazanah tersebut.
Makanya, kata Syekh Zainuddin, “Perbanyaklah khazanah-khazanah lantaran
kau pasti bakal membutuhkannya.”
Salat tahajud akan
menyelamatkan kita dan memasukkan kita, dengan izin Allah, ke dalam
sorga. Begitulah ditegaskan oleh Rasulullah SAW. “Wahai manusia,
sebarkanlah salam, berilah makan (orang miskin), sambunglah tali famili,
dan lakukan salat malam sementara orang-orang tidur, niscaya kamu masuk
sorga dengan selamat.”
Imam Al-Junaid adalah sufi yang mengisi
malam-malamnya dengan salat tahajud. Setelah wafatnya, ada orang yang
bermimpi melihat dia. “Apa yang diperbuat Allah kepada Guru?” tanya
orang itu dalam mimpi.
Al-Junaid menjawab, “Sirna segala
isyarat, hilang semua kata, punah seluruh ilmu, memuai segala
perlambang. Tidak ada yang bermanfaat pada kami kecuali rakaat-rakaat
kecil yang kami laksanakan di waktu sahur.”
Maksudnya, semua
isyarat yang pernah diberikan Imam Al-Junaid kepada murid-murid,
seluruhnya punah, binasa, dan tiada berpahala. Semua kata yang pernah
dia ucapkan di kala mengajar hilang tak berbekas, tanpa menyisakan
pahala. Perlambang-perlambang yang pernah dia sampaikan kepada
murid-murid pemulanya, semua meranggas, dan Al-Junaid tak meraih pahala
darinya. Pahala hanya dia peroleh dari salat-salat sunnah yang dia
kerjakan di malam hari. Maksudnya, semua hal ini tidak dia dapatkan
balasannya karena pada galibnya amal-amal demikian bercampur riya’ dan
penyakit-penyakit hati lainnya, kecuali salat-salat sunnah di malam
hari.
Imam Al-Junaid mengatakan hal itu, tidak lain, adalah
untuk mendorong orang supaya bertahajud, di samping untuk menunjukkan
keutamaan salat tahajud. Pasalnya, beliau adalah orang yang amalnya jauh
dari kecampuran riya’ dan semacamnya. Betapa tidak, beliau adalah
pemimpin para sufi.
Alhasil, salat tahajud sangat istimewa.
Ibadah ini relatif lebih mudah untuk dilaksanakan dengan hati ikhlas
karena Allah semata. Sebab, inilah amal yang tidak dilihat oleh orang
lain. Jadi, kalau orang melakukan salat tahajud, dia mau pamer (riya’)
kepada siapa? Tidak ada, karena semua orang sedang tertidur lelap.
Begitu istimewa sehingga inilah satu-satunya salat di luar salat lima
waktu yang perintahnya ada dalam Al-Quran secara eksplisit – meski
perintah itu ditujukan kepada Nabi SAW.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad SAW.), beribadahlah kamu
sepanjang malam kecuali sedikit saja (dari malam).” (Al-Muzzammil: 1-2)
Bagi Nabi SAW, salat malam hukumnya fardhu, sedang untuk umatnya adalah
sunnah, yakni sunnah yang kuat. Begitu kuat kesunnahannya,
sampai-sampai Nabi bersabda, “Seutama-utama salat setelah salat lima
waktu ialah salat malam.”
Bukan hanya Nabi Muhammad SAW, para
nabi sebelum beliau pun membiasakan salat malam ini. Bersabda beliau,
“Hendaklah kalian melakukan salat malam karena itu merupaklan tradisi
orang-orang saleh sebelum kalian.”
Imam Abu Yazid Al-Busthami
punya cerita. Di masa kecilnya, beliau belajar di pesantren. Suatu kali,
beliau membaca Al-Quran di rumah. Ketika sampai pada surah
Al-Muzzammil, dia bertanya kepada ayahandanya, “Ayah, siapakah orang ini
yang diperintah Allah supaya salat malam?”
Sang ayah menjawab, “Anakku, beliau adalah junjungan kita Nabi Muhammad SAW.”
Al-Junaid kecil bertanya lagi, “Lalu mengapa Ayah tidak mengerjakan apa yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW?”
“Anakku, itu adalah kehormatan dari Allah untuk beliau.”
Al-Junaid meneruskan ngaji Qur’annya. Ketika dia sampai pada bacaan:
“Wa thaa’ifatun minal ladziina ma’ak” (dan melakukan salat malam pula,
sekelompok orang yang bersamamu ) di surah Al-Muzzammil, dia bertanya,
“Ayah, siapakah mereka?”
“Mereka adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW.”
“Ayah, mengapa Ayah tidak berbuat seperti mereka?”
“Anakku, Allah menguatkan mereka untuk beribadah malam.”
“Ayah, tidak ada kebajikan bagi orang yang tidak mau mencontoh Nabi Muhammad dan para sahabat beliau.”
Sejak itu ayah Al-Junaid terpanggil untuk selalu salat malam. Suatu
kali si anak berkata kepada bapaknya, “Ayah, tolong ajari aku salat
malam.”
Tapi bapaknya melarang. “Anakku, kamu masih kecil.”
Si anak berkata, “Ayah, kelak kalau Allah mengumpulkan seluruh makhluk
di hari kiamat, dan menyuruh para penghuni sorga supaya masuk ke
dalamnya, aku akan melapor, ‘Tuhan, aku sudah hendak salat malam, lalu
ayah saya mencegah saya’.”
Bapaknya mati kutu. “Anakku, berdirilah, mari salat malam.”
Para ulama dan para sufi juga sangat gemar melaksanakan salat malam
ini. Sampai-sampai ada seorang sufi yang berkata, “Tak ada yang
membuatku sedih kecuali mendengar azan subuh.”
Allah memberikan sanjungan dan pujian bagi orang-orang selalu mendirikan shalat tahajud dalam QS. As Sajdah: 16
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya ("Maksudnya mereka tidak
tidur di waktu biasanya orang tidur, untuk mengerjakan shalat malam")
sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka"
(As Sajdah: 16)
Dan sanjungan Allah kepada kaum lainnya dengan firmanNya, QS. Adz Dzariyaat: 17-18
كَانُوا قَلِيْلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ وَبِالأَسْـحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)"
QS. Al Furqaan: 64
وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka"
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Salam, bahwa Nabi Saw. bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ
وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
"Wahai sekalian manusia,
sebarkan salam, berilah orang miskin makan, sambungkan tali kekeluargaan
dan shalatlah pada waktu malam ketika semua manusia tidur, niscaya
kalian masuk Surga dengan selamat"
Rabi’ah Al-Adawiyah, bila
malam buta tiba, selalu menyempatkan diri untuk melakukan salat dan
munajat. Dia beribadah malam dan bermunajat di malam hari dengan begitu
“mesranya”. Seolah dia hanya berdua saja dengan-Nya, “ketika raja-raja
telah menutup pintu gerbangnya.”
Salat malam memang bisa
menjadi sarana yang sangat efektif untuk bertaqarrub atau mendekatkan
diri pada Allah. Senyapnya suasana di malam buta bisa membantu kita
untuk merasakan “kehadiran-Nya” dan untuk lebih khusyu’ dalam salat
kita. Sabda Rasulullah SAW, “Salat malam juga taqarrub bagi kalian,
media bagi kalian untuk mendekat dan berdialog dengan Tuhan kalian.
Salat malam pun penebus bagi kesalahan-kesalahan, pencegah dosa-dosa,
dan penghalau penyakit di badan.”
Juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Bilal, bahwa Nabi SAW bersabda:
عَلَيْكُمْ بِـقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ
قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِـيَامَ اللَّيْلِ مَقْرَبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّـكُمْ
وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ اْلإِثْمِ وَمُطَرِّدَةٌ
لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ (صححه الحاكم ووافقه الذهبى
"Hendaklah
kamu mendirikan shalat malam karena itu tradisi orang-orang shalih
sebelummu. Sungguh, shalat malam mendekatkan dirimu kepada Tuhanmu,
menghapuskan kesalahan, menjaga diri dari dosa dan mengusir penyakit
dari tubuh" (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi
menyetujuinya, 1/308)
Dan ternyata sabda Rasulullah SAW memang
benar-benar terbukti secara ilmiah yaitu dimana salat malam memang bisa
menyembuhkan penyakit. Dr. Moh. Soleh, ahli kedokteran dari Unair
Surabaya, telah membuktikan hal itu melalui penelitian ilmiyah untuk
disertasinya yang berjudul “Terapi Salat Tahajud: Menyembuhkan Berbagai
Penyakit.” Dalam disertasi yang sekarang telah dibukukan itu dia
menjelaskan salat tahajud itu positif dapat menyembuhkan dan menangkal
berbagai penyakit, terutama penyakit jantung. Sebab, salat tahajud yang
dilakukan dengan ikhlas dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
berbagai penyakit.
Selamat mencoba khasiat shalat tahajud.....wahai saudaraku semua, dan buktikan sendiri manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar