Kamis, 20 Desember 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN PARTISIPASI SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RB KARTINI SURABAYA



 Mas’adah, Rijanto, Wiwik Anggraeni. ABSTRAK ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Namun demikian pemberian ASI Eksklusif masih belum banyak dilakukan oleh ibu dikarenakan masih rendahnya pengetahuan ibu dan kurangnya partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Pengetahuan Ibu dan Partisipasi Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif”. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional cross-sectional. Populasi penelitian ini sebesar 163 ibu nifas sedangkan sampelnya sebesar 44 ibu nifas yang diambil dengan cara simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang hasilnya akan dianalisis kemudian diuji statistik menggunakan Chi-Square dalam Pearson dengan tingkat kemaknaan 0,05. H1 diterima apabila χ2 hitung > χ2 tabel. Hasil penelitian di RB Kartini Surabaya dari 44 responden hampir setengahnya yakni 12 ibu (27,27 %) memiliki pengetahuan kurang, tidak memberikan ASI Eksklusif. Dan hampir setengahnya yakni 14 ibu (31,82 %) tidak mendapatkan partisipasi dari suami, tidak memberikan ASI Eksklusif. Berdasarkan uji statistik Chi-Square χ2 hitung, pengetahuan ibu (7,80), partisipasi suami (8,40), χ2 tabel (5,99). Oleh karena χ2 hitung > χ2 tabel sehingga H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir setengah responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang pemberian ASI Eksklusif, hampir setengah responden tidak mendapatkan partisipasi dari suami, sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dan ada hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif. Saran kepada bidan adalah untuk menambah frekuensi penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan partisipasi suami, sebaiknya suami selalu mendampingi ibu sejak melakukan pemeriksaan antenatal, persalinan dan nifas. Kata Kunci: Pengetahuan, Partisipasi, ASI Eksklusif
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta – juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. (Roesli Utami, 2005 ; Hegar, Badriul.dkk, 2008). Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7 – 8 poin dibandingkan dengan anak – anak yang diberi ASI secara eksklusif. Karena didalam ASI terdapat nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain: Taurin, Laktosa, DHA, AA, Omega-3, dan Omega-6 (Harm’s Way, 2002 ; Yuliarti, Nurheti, 2010) Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktik pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu formula, rasa percaya diri ibu masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005. Roesli, 2008). Sebagai gambaran data pemberian ASI berdasarkan SDKI 2007, Angka Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,30% (SDKI 2007), masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,70% pada tahun 2002 menjadi 27,90% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Pencapaian ASI Eksklusif di Jawa Timur masih rendah dan mengalami penurunan setiap waktu. Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2010 sebesar 30,72% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar 69,28%. (Profil Kesehatan Jawa Timur 2009). Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Surabaya masih rendah dan mengalami penurunan setiap waktu. Berdasarkan data dari Puskesmas di Surabaya diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kota Surabaya tahun 2010 sebesar 26,90% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar 73,10% (Profil Kesehatan Jawa Timur 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2012 kepada 20 ibu nifas diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di RB Kartini bulan Maret 2012 sebesar 10% dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebesar 90%. Serta 90% ibu tidak memberi ASI Eksklusif karena tidak ada partisipasi dari suami. Bila dibandingkan dengan target pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) di Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 80% (Depkes, 2003), maka pencapaian di Kota Surabaya tersebut masih sangat rendah. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Ternyata rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut terkait dengan peran suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui. Bentuk dukungan yang dapat diberikan antara lain menemani istri ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi. Memberikan kata – kata pujian/pemberi semangat sehingga istri terus merasa percaya diri. Rendahnya angka pencapaian tersebut tentu saja perlu mendapat perhatian karena kontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian di Jawa Timur, khusunya di Kota Surabaya. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eskklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dahulu pemberian ASI Eksklusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007). Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum ASI.
Berdasarkan paparan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan ibu dan partipasi suami dalam upaya pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan guna meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan target pencapaian Standart Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota di masa yang akan datang, serta menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Surabaya.
Berdasarkan latar belakang maka penulis menetapkan rumusan masalah pada penelitian ini yakni “Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif ?”, sehingga perlu diadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya”.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya.
Dan tujuan khususnya: 1) Mengindentifikasi pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 2) Mengindentifikasi partisipasi suami tentang ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 3) Mengindentifikasi pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 4) Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya. 5) Menganalisis hubungan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif di RB Kartini Surabaya.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba. (Soekidjo N., 2007 ). Menurut Soekidjo N. (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut.
5. Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Menurut Soekidjo N. (2007) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Cara Tradisional atau Non Ilmiah Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. 2. Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian.
Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian. Menurut Soekidjo N. (2007) ada enam faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :
1. Usia. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Arini H, 2012).
2. Pendidikan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Arini H, 2012).
3. Intelegensia. Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
 4. Pekerjaan. Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan melalui botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Jadi, seorang ibu yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif menurun drastis.
5. Pengalaman. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka pengetahuannya akan lebih luas pula.
 6. Penyuluhan. Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah perilakunya.
7. Media massa Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi baru.
8. Sosial Budaya Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Untuk menghitung persentase pengetahuan menurut Nursalam (2003) menggunakan rumus : Keterangan : P = Persentase F = Jumlah jawaban benar N = Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar Setelah persentase diketahui, kemudian di interpretasikan pada kriteria 1. Jawaban benar 76% - 100% : Baik 2. Jawaban benar 56% - 75% : Cukup 3. Jawaban benar <56% : Kurang
Konsep Partisipasi Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Menurut Budiasih (2008) dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk ASI. Ayah semestinya menguatkan motivasi ibu agar menjaga komitmen dengan ASI. Jangan mudah tergoda dengan susu formula atau makanan lainnya. Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang kadang datang dari keluarga terdekat, orang tua, atau mertua. Ayah juga harus membantu secara teknis seperti mengantar kontrol ke dokter atau bidan, menyediakan makanan ibu yang bergizi, hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah sejak hamil tua. Badan yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Dalam kesempatan lain ayah juga dapat menjadi “the breastfeeding father”. Adapun manfaat pemberian ASI bagi ayah menurut Roesli (2004), diantaranya yaitu:
1. Ekonomis. ASI akan sangat mengurangi pengeluaran untuk membeli susu formula serta perlengkapan untuk membuatnya, tetapi juga biaya kesehatan untuk si bayi. Bayi ASI eksklusif telah dibuktikan hampir tidak pernah sakit dibanding dengan bayi yang diberi susu formula, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
2. Praktis dan tidak merepotkan, karena tidak perlu membuat susu formula di malam hari dan tidak harus mencari warung atau toko yang buka pada tengah malam daat kehabisan persediaan susu.
3. Kalau berpergian dengan bayi. ASI eksklusif akan mudah dan tidak perlu repot membawa bermacam – macam peralatan menyusui. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan – bantuan yang praktis. Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui, seperti menyendawakan bayi, mengendong dan menenangkan bayi yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan – jalan di taman, memberikan ASI perah, dan memijit bayi. Kecuali menyusui, semua tugas tadi dapat dikerjakan oleh ayah. Kini banyak para ayah yang ingin berperan dalam perawatan bayinya, meskipun pada umumnya mereka hanya memiliki waktu yang sangat terbatas. Mungkin para ayah hanya memiliki waktu pada sore hari atau pada akhir minggu saja. Di samping keterbatasan waktu, beberapa ayah kadang merasa canggung untuk ikut merawat bayinya sehingga merasa terhambat untuk berperan.
Agar seorang ayah tidak segan untuk memulai peran merawat bayinya, dorongan ekstra pada ayah sangat diperlukan. Beberapa cara “ayah menyusui” membesarkan bayinya atara lain :
1. Setia saat, siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan digendong ke ibunya yang disusui.
2. Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan mengendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.
3. Ganti popoknya sebelum atau sesudah bayinya menyusu.
4. Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.
5. Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara mengendong, menepuk – menepuk – nepuk, atau mengoyang – goyang tempat tidur goyangnya.
 6. Sekali – kali memandikan bayi atau bila sudah sedikit lebih besar mandilah bersama – sama. 7. Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
8. Biasakan memijat bayi Anda sejak baru lahir, bila mungkin sehari dua kali. Untuk menghitung persentase partisipasi menurut Budiarto (2001) menggunakan rumus : Keterangan : P = Persentase F = Jumlah jawaban benar N = Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar Setelah persentase diketahui, kemudian di interpretasikan pada kriteria 1. Jawaban benar 76% - 100% : Sangat Setuju 2. Jawaban benar 51% - 75% : Setuju 3. Jawaban benar 26% - 50% : Kurang Setuju 4. Jawaban benar <25%: Tidak Setuju
Konsep ASI Eksklusif ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama – sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2007). Pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang rendah tersebut ternyata disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masrakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006); Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Hal ini njuga menurut UNICEF (1993), dukungan suami dalam pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir sangatlah penting. Ayah dapat sebagai sumber utama dalam mendukung (support) dalam pemberian ASI kepada bayi baru lahir. Hal ini perlu kuga didiskusikan dengan anggota keluarga yang salah satunya adalah suami sebagai kepala keluarga tentang kebutuhan ibu dalam proses kelahiran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik, berdasarkan waktunya cross sectional. Populasi penelitian 163 ibu nifas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 44 bufas. Variabel independen pengetahuan ibu dan partisipasi suami, dan variabel dependen pemberian ASI Eksklusif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. aAnalisa data menggunakan uji statistik Chi Square ( χ2 ) dari pearson,  = 0,05. Apabila χ2 hitung > χ2 tabel, H0 ditolak dan H1 diterima, simpulannya ada hubungan antara pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan Ibu Dari 44 ibu hampir setengahnya 21 ibu (47,73 %) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang ASI Eksklusif. Menurut teori, Hal ini dapat dilatarbelakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga tidak pernah mendapatkan informasi dan memiliki pengalaman sama sekali dalam pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dapat diperkuat oleh Soekidjo N. (2005) bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk memberikan informasi dan motivasi serta meningkatkan pengetahuan ibu bekerja tentang prinsip pemberian ASI Eksklusif baik secara langsung, maupun tidak langsung. Pemberian secara langsung sudah jelas dengan cara menyusui sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan pada bayi. Dan hal yang perlu diupayakan juga adalah adanya peraturan Pemerintah yang mengatur agar kantor-kantor atau pihak Perusahaan menyediakan Taman Penitipan Anak (TPA) agar ibu selalu dekat dengan bayinya dan dapat memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi atau bila memungkinkan, bisa disediakan fasilitas pojok laktasi yaitu tempat untuk memeras ASI. Karena menyusui sebenarnya tidak saja memberi kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik saja, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spiritual yang baik, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2005). Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif Dari 44 ibu hampir setengahnya yakni 20 ibu (45,45 %) tidak mendapatkan partisipasi dari suami. Menurut Roesli (2005) bahwa, dari semua partisipasi bagi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, partisipasi suami adalah partisipasi yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif. Masih ditemukannya partisipasi suami yang kurang pada ibu meneteki di masyarakat seperti dari 44 ibu sebagian kecil tidak mendapatkan partisipasi dari suami dikarenakan kepuasan peran masing-masing dalam rumah tangga kurang. Kepuasan tersebut kurang karena kebanyakan istri juga bekerja. Ada semacam kompetisi antara suami dan istri tersebut. Istri yang juga bekerja mungkin berpikir bahwa dirinya kuat dan bisa mencari nafkah sendiri tidak tergantung pada suami. Pemberian ASI Eksklusif Dari 44 ibu sebagian besar yakni 23 ibu (52,27 %) tidak memberikan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Menurut Hegar dan Roesli (2005) pendidikan dan usia mempengaruhi pola pikir pemahaman ibu. Pemahaman ibu mengenai tata laksana laktasi yang benar meliputi pentingnya memberikan ASI, posisi menyusui yang benar, cara mengeluarkan ASI yang benar menjadi salah satu faktor pemberian ASI. Semakin rendah pendidikan dan kurangnya pengetahuan maka semakin kurang frekuensi meneteki bayi. Pekerjaan atau tuntutan ekonomi bukanlah alasan pokok seorang ibu untuk tidak memberikan ASI pada bayinya. Karena masih ditemukan pula ibu yang bekerja memberikan ASI pada sang buah hatinya. Alasan pekerjaan yang membuat ibu tidak memberikan ASI pada sang buah hati dikarenakan frekuensi bertemunya ibu dan sang buah hati berkurang. Sehingga ibu tidak sempat memberikan ASI nya pada sang buah hati. Sebagian ibu yang bekerja tentunya masih bisa memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya, ibu bisa memberikan ASI nya kepada sang buah hati dengan cara memerah ASI sebelum ibu berangkat bekerja dan menyimpannya di dalam lemari es agar tahan lama. Dengan begitu ibu tidak ada alasan lagi untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada sang buah hati saat ibu harus bekerja. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari 44 responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar 23 responden (52,27 %) tidak memberikan ASI. Menurut teori, Hal ini sejalan dengan pendapat Soekidjo N. (2005) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga sebaliknya. Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui secara eksklusif. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, dukungan Dokter, Bidan, Petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang baru pertama menyusui dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang pertama kali menyusui, pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman dibanding dengan ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya. Usaha – usaha tersebut dapat diberikan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan. Hubungan antara Partisipasi Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari 44 ibu yang mendapatkan partisipasi sangat setuju dari suami sebagian besar 24 ibu (54,55 %) memberikan ASI. dari 20 responden yang tidak mendapatkan partisipasi dari suami ada hampir setengahnya yakni 14 responden (31,82 %) tidak memberikan ASI Eksklusif pada sang buah hati. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan partisipasi suami terhadap pemberian ASI eksklusif dengan cara melibatkan dan mengikutsertakan suami mulai dari pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan sampai dengan mengurus sang buah hati. Seperti halnya program pemerintah yang menyuarakan tentang adanya suami sigap, siap dan tanggap kapan pun mendampingi istri dalam mengahadapi persalinan sampai dengan mengurus kelahiran bayi, merawat dan membesarkan sang buah hati
. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Hampir setengahnya ibu mempunyai pengetahuan yang kurang tentang pemberian ASI Eksklusif
2. Hampir setengahnya tidak mendapatkan partisipasi dari suami
3. Sebagian besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
4. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.
5. Ada hubungan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif.
Sehingga disarankan:
1) Bagi Peneliti Selanjutnya, Saran yang diperuntukkan bagi peneliti selanjutnya yakni melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dan partisipasi suami dengan pemberian ASI Eksklusif yang jumlah sampelnya lebih banyak dan ruang lingkup penelitian lebih luas serta meneliti faktor-faktor lain yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif misalnya ekonomi, pola pikir atau pengetahuan, kondisi fisik ibu dan bayi, peran tenaga kesehatan dan lain sebagainya.
2) Bagi Institusi Pendidikan, Saran yang diperuntukkan bagi Institusi Pendidikan yakni menambah literatur di perpustakaan tentang teori pengetahuan ibu dan dukungan atau motivasi pada ibu menyusui dan pemberian ASI untuk mempermudah mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
3) Bagi Bidan di RB Kartini Surabaya, Saran yang diperuntukkan bagi bidan adalah sebagai berikut. 1. Menambah frekuensi penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan partisipasi dari suami. 2. Mengikutsertakan suami klien untuk selalu mendampingi istri pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, N.U., 2004. Ayah “Menyusui, Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta: Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga Amiruddin, R. dan Rostia, 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan Di Keluarahan Pa’baeng-Baeng Makassar Tahun 2006. Bagian Epidemiologi FKM Unhas. http://www.google.com. Diakses tanggal 2 Maret 2012. Anonymous, 2006. Hanya 3,7% Bayi Memperoleh ASI. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 2 Maret 2012. Arini, 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books Aziz Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Budiarto. 2001. Pengantar Statistika. Jakarta Budiasih, Kun Sri. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: PT. Karya Kita Depkes, 2005. Manajemen Laktasi; Buku Panduan bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2010. Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2010. Diakses tanggal 2 Maret 2012. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2010. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2010. Diakses tanggal 2 Maret 2012 Harm’s Way, 2002. Why Breast-Feeding is Stilll Best for Baby. Greater Boston Physicians for Social Responsibility (GBPSR): http://wwwigc.org/psr/. Diakses tanggal 7 Maret 2012 Kepmenkes, 2004. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan RI., Nomor 1091/MENKES/SK/X/2004, Tentang Petunjuk Teknis Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta:Sekjen. Depkes. RI. http://www.depkes-RI.org. Diakses tanggal 6 Maret 2012. Mamik. 2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya: Prins Media Publishing Menon, P., Akhtar, N. and Habicht, J., 2001. An Ethnographic Study of the Influences on Maternal decision-Making about Infant Feeding Practices in Rural Bangladesh. Antwerp Belgium: Proceedings of the International Colloquium. D/2002/0450/1:175-190. Diakses tanggal 10 Maret 2012. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Prasetyono, Dwi Sunar, 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI) Roesli, 2004. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka Bunda Roesli U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta Roesli U., 2007. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus agriwidya, Jakarta Roesli, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Plus ASI Eksklusif. Cetakan I. Jakarta: Pustaka Bunda. Soekidjo N., 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Soekidjo N., 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Soekidjo N., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Soetomo, 2006. Pembangunan Masyarakat. Cetakan I. Pustaka Pelajar. Suharsimi A. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Cetakan 12. Jakarta: Suharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Cetakan 14. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Suradi R., 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 Maret 2012. Tedjasaputra, M.S., 2007. Pemberian ASI Eksklusif: Suatu Tinjauan dari Sudut Psikologi. http://www.pontianak-post.com. Diakses tanggal 12 Maret 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar